Doa membuka pintu penjara

pada suatu ketika saya mengunjungi seorang narapidana di New York. hal utama yand dia pikirkan adalah kebebasan. narapidana ini sangat singit dan sadis, ia dipenjara karena tindakannya melawan masyarakat, yang bertentangan dengan kaidah kencana, ia hidup didalam penjara psikologi berupa kebencian dan rasa iri. saya memberikannya instruksi terperinci tentang cara mengubah sikap mentalnya. Ia mulai berdoa untuk orang-orang yang ia benci dengan secara teratur " Cinta Tuhan mengalir melalui diri mereka, dan akan mendoakan kesuksesan dan kebahagiaan bagi mereka semua", ia terus menerus melakukan hal ini berkali-kali dalam sehari. Dimalam hari, sebelum tidur, ia membayangkan dirinya berada dirumah bersama keluarganya. Ia merasakan putri kecilnya ada dalam pelukannya dan mendengar putri-pitri kecilnya ada dalam pelukannya dan mendengar putrinya berkata "
Selamat datang, Papa" semua ini ia lakukan didalam imajinasi. Setelah beberapa lama, ia membuat imajinasi menjadi begitu nyata, alami dan jelas sehingga menjadi bagian dirinya. ia telah memenuhi pikiran bawah sadarnya dengan keyakinan akan kebebasan.

satu hal yang menarik lain terjadi. ia tidak lagi memiliki hasrat untuk berdoa bagi kebebasannya. ini adalah suatu pertanda psikologi bagi dirinya bahwa ia merasa tenang, dan walaupun ia ada dibalik keruji penjara, secara subjektif ia tahu ia bebas. itu adalah sebuah pemahaman batin, karena ia telah mewujudkan hasratnya secara subjektif, ia tidak lagi memiliki hasrat untuk berdoa bagi hasratnya itu.